Oleh : Habil Marati
Anggota DPR RI FPP 1999-2009
Indonesia menghadapi Devide Et Impera Jilid ke Dua.
Sesungguhnya Pancasila itu merupakan inti sari dari Idiologi yang mengakui eksistensi Allah, dan mengakui eksistensi manusia sebagai mahluk sosial. Di samping itu, Pancasila juga merupakan karidor pelindung Bangsa dan Negara dari paham paham yang tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa atau paham paham yang ingin memisahkan manusia dari Allah seperti Komunisme, Sekularisme dan Atheis. Pancasila itu, bukan utopia, bukan menara gading dan bukan kultusme. Akan tetapi Pancasila merupakan Social balance.
Dengan demikian, kalau Bangsa dan Negara Indonesia mau kuat dan besar, maka Indonesia harus melepaskan diri dari agenda pencaplokan dari invisible hand ( tangan tangan yg tidak kelihatan) dari pemerintah Negara Negara Asing melalui isu Radikalisme dan penolakan eksistensi Pribumi. Bicara Radikalisme atau ekstrimis merupakan stempel yang diberikan Penjajah belanda terhadap Para pejuang Bangsa Indonesia. Namun pada hari ini Isu Radikalisme( ekstrimis) dan Rasisme digunakan untuk melemahkan Syariat Islam, karena hanya Syariat Islam lah yang menolak praktek praktek Anti Tuhan, seperti Judi, riba, free sex, komunisme, Sekularisme dan Atheis. Demikian juga halnya, ketika Pribumi memperjuangkan hak hak keadilannya dan sosialnya di cap sebagai Rasis. Isu Radikalisme bagi orang cerdas, pintar dan jujur pasti berani mengatakan bahwa di Indonesia ini khususnya Umat Islam tidak ada Radikalisme, Radikalidme itu tidak ada di Indonesia. Kalau ada orang teriak teriak Radikalisme pasti orang orang ini Agent dari creator agenda Radikalisme. Pada waktu Pangeran Diponegoro, Pangeran Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Si Pitung, Bung Tomo, Jendral Soedirman pada waktu terjadi penjajahan belanda bukan kah mereka mereka ini juga di anggap” Radikalisme” oleh belanda. Demikian juga bahwa Kalau ada orang yang memperjuangkan hak hak Pribumi, lalu dianggap “Rasisme” tidak menutup kemungkinan orang tersebut Keturunan penghianat Bangsa.
Bangsa Indonesia khususnya Pribumi Islam, harus cerdas dan jujur menyikapi soal Isu Radikalisme dan Rasisme. Isu Radikalisme dan Rasisme terhadap Bangsa Indonesia adalah bertujuan untuk membekukan gerakan Nasionalisme Pribumi. Bisa dibayangkan bagaimana porak porandanya Bangsa dan Negara Indonesia baik secara politik, ekonomi, Sosial, Agama, budaya , tanah pusaka serta hajat hidup dan keberlangsungan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia jika seandainya Nasionalisme Pribumi dimatikan dan diberangus dengan isu Radikalisme dan Rasisme. Waktu Kolonialisme Belanda dulu, Belanda mati matian memberangus serta mematikan bangkitnya solidaritas Nasionalisme Pribumi. Untuk membrangus dan mematikan gerakan Nasionalisme Pribumi khususnya Umat Islam belanda melancarkan politik devide et impera tapi belanda gagal.
Sejarah akan berulang, Isu Radikalisme dan Rasisme adalah bertujuan devide et impera jild ke dua. Munculnya Isu Radikalisme dan Rasisme telah berhasil mengotak kotakan serta memecah belah sesama anak Bangsa Indonesia khususnya Pribumi. Radikalisme dan Rasisme adalah Isu yang sengaja di design untuk menghancurkan dan melemahkan Aqidah dan Syariat Islam dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Dengan demkian Bangsa Indonesia khususnya Pemerintah harus membersihkan Bangsa Indonesia khususnya Pribumi dan Umat Islam dari stigma Radikalisme dan Rasisme. Kita harus sadar dan cerdas bahwa Radikalisme dan Rasisme itu adalah merupakan agenda global yang sengaja dilontarkan oleh para invisible hand yang berkolaborasi dengan Negara Negara yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia kolonialisme moderen. Bentuk kolonialisme modern adalah kekuasaan politik sebuah boneka, yang dihasilkan dari sebuah sistem demokrasi sangat liberal, dimana Bangsa Pribuminya dikemas dalam politik transaksional. Demokrasi Liberal yang sedang dipraktekan di Indonesia saat ini bertujuan untuk mematikan rasa Nasionalisme, menghilangkan Jejak Penduduk Pribumi dengan tujuan penguasaan Negara dan kekayaan Negara oleh segelintir orang yang tidak memiliki ikatan Nasionalisme dengan Bangsa Indonesia. Untuk mematikan Nasionalisme Pribumi dan Aqidah dalam rangka untuk mengamankan kepentingan politik dan ekonomi maka diciptakan lah Isu Radikalisme dan Rasisme. Kalau ada Pribumi yang memperjuangkan hak hak Pribumi seperti Anis Sandi pasti di cap Rasisme. Demikian juga Kalau ada Umat Islam yang memperjuangkan penegakan Syariat Islam, atau memperjuangkan keadilan untuk semua pasti di cap Radikalisme.
Sumber: https://www.konfrontasi.com/
Anggota DPR RI FPP 1999-2009
Indonesia menghadapi Devide Et Impera Jilid ke Dua.
Sesungguhnya Pancasila itu merupakan inti sari dari Idiologi yang mengakui eksistensi Allah, dan mengakui eksistensi manusia sebagai mahluk sosial. Di samping itu, Pancasila juga merupakan karidor pelindung Bangsa dan Negara dari paham paham yang tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa atau paham paham yang ingin memisahkan manusia dari Allah seperti Komunisme, Sekularisme dan Atheis. Pancasila itu, bukan utopia, bukan menara gading dan bukan kultusme. Akan tetapi Pancasila merupakan Social balance.
Dengan demikian, kalau Bangsa dan Negara Indonesia mau kuat dan besar, maka Indonesia harus melepaskan diri dari agenda pencaplokan dari invisible hand ( tangan tangan yg tidak kelihatan) dari pemerintah Negara Negara Asing melalui isu Radikalisme dan penolakan eksistensi Pribumi. Bicara Radikalisme atau ekstrimis merupakan stempel yang diberikan Penjajah belanda terhadap Para pejuang Bangsa Indonesia. Namun pada hari ini Isu Radikalisme( ekstrimis) dan Rasisme digunakan untuk melemahkan Syariat Islam, karena hanya Syariat Islam lah yang menolak praktek praktek Anti Tuhan, seperti Judi, riba, free sex, komunisme, Sekularisme dan Atheis. Demikian juga halnya, ketika Pribumi memperjuangkan hak hak keadilannya dan sosialnya di cap sebagai Rasis. Isu Radikalisme bagi orang cerdas, pintar dan jujur pasti berani mengatakan bahwa di Indonesia ini khususnya Umat Islam tidak ada Radikalisme, Radikalidme itu tidak ada di Indonesia. Kalau ada orang teriak teriak Radikalisme pasti orang orang ini Agent dari creator agenda Radikalisme. Pada waktu Pangeran Diponegoro, Pangeran Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Si Pitung, Bung Tomo, Jendral Soedirman pada waktu terjadi penjajahan belanda bukan kah mereka mereka ini juga di anggap” Radikalisme” oleh belanda. Demikian juga bahwa Kalau ada orang yang memperjuangkan hak hak Pribumi, lalu dianggap “Rasisme” tidak menutup kemungkinan orang tersebut Keturunan penghianat Bangsa.
Bangsa Indonesia khususnya Pribumi Islam, harus cerdas dan jujur menyikapi soal Isu Radikalisme dan Rasisme. Isu Radikalisme dan Rasisme terhadap Bangsa Indonesia adalah bertujuan untuk membekukan gerakan Nasionalisme Pribumi. Bisa dibayangkan bagaimana porak porandanya Bangsa dan Negara Indonesia baik secara politik, ekonomi, Sosial, Agama, budaya , tanah pusaka serta hajat hidup dan keberlangsungan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia jika seandainya Nasionalisme Pribumi dimatikan dan diberangus dengan isu Radikalisme dan Rasisme. Waktu Kolonialisme Belanda dulu, Belanda mati matian memberangus serta mematikan bangkitnya solidaritas Nasionalisme Pribumi. Untuk membrangus dan mematikan gerakan Nasionalisme Pribumi khususnya Umat Islam belanda melancarkan politik devide et impera tapi belanda gagal.
Sejarah akan berulang, Isu Radikalisme dan Rasisme adalah bertujuan devide et impera jild ke dua. Munculnya Isu Radikalisme dan Rasisme telah berhasil mengotak kotakan serta memecah belah sesama anak Bangsa Indonesia khususnya Pribumi. Radikalisme dan Rasisme adalah Isu yang sengaja di design untuk menghancurkan dan melemahkan Aqidah dan Syariat Islam dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Dengan demkian Bangsa Indonesia khususnya Pemerintah harus membersihkan Bangsa Indonesia khususnya Pribumi dan Umat Islam dari stigma Radikalisme dan Rasisme. Kita harus sadar dan cerdas bahwa Radikalisme dan Rasisme itu adalah merupakan agenda global yang sengaja dilontarkan oleh para invisible hand yang berkolaborasi dengan Negara Negara yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia kolonialisme moderen. Bentuk kolonialisme modern adalah kekuasaan politik sebuah boneka, yang dihasilkan dari sebuah sistem demokrasi sangat liberal, dimana Bangsa Pribuminya dikemas dalam politik transaksional. Demokrasi Liberal yang sedang dipraktekan di Indonesia saat ini bertujuan untuk mematikan rasa Nasionalisme, menghilangkan Jejak Penduduk Pribumi dengan tujuan penguasaan Negara dan kekayaan Negara oleh segelintir orang yang tidak memiliki ikatan Nasionalisme dengan Bangsa Indonesia. Untuk mematikan Nasionalisme Pribumi dan Aqidah dalam rangka untuk mengamankan kepentingan politik dan ekonomi maka diciptakan lah Isu Radikalisme dan Rasisme. Kalau ada Pribumi yang memperjuangkan hak hak Pribumi seperti Anis Sandi pasti di cap Rasisme. Demikian juga Kalau ada Umat Islam yang memperjuangkan penegakan Syariat Islam, atau memperjuangkan keadilan untuk semua pasti di cap Radikalisme.
Sumber: https://www.konfrontasi.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar